RSUD Beri Penjelasan Atas Lima Kematian Ibu Melahirkan

RSUD Beri Penjelasan Atas Lima Kematian Ibu Melahirkan

<p style="text-align: justify;">Trend menurunnya angka kematian ibu melahirkan di Bulukumba sudah bagus dari tahun ke tahun, dimana pada tahun 2014 mencapai 11 kasus, 2015 hanya 7 kasus dan tahun 2016 menurun menjadi 4 kasus kematian ibu.</p> <p style="text-align: justify;">Namun sejak Januari sampai Maret 2017 ini, kematian ibu melahirkan sudah mencapai 5 orang. Jumlah ini sudah melewati jumlah tahun 2016 yang hanya mencapai 4 kasus kematian.</p> <p style="text-align: justify;">Atas terjadinya 5 kasus kematian ibu saat melahirkan yang semuanya terjadi di RSUD Andi Sulthan Daeng Radja, maka pihak rumah sakit melalui dokter yang menanganinya memberikan penjelasan terhadap peristiwa yang terjadi terhadap ke 5 kasus kematian tersebut dalam kegiatan jumpa pers yang dihadiri oleh media cetak, media online dan media televisi di aula RSUD, Rabu (15/3) .</p> <p style="text-align: justify;">Dokter ahli kandungan dr. Rizal yang memimpin jumpa pers memberikan penjelasan terhadap kronologis peristiwa pada ke 5 kasus kematian tersebut dengan ringkasan sebagai berikut :</p> <p style="text-align: justify;">1. Kasus Hasnidar (32 tahun) asal Kecamatan Bontobahari Kehamilan Hasnidar adalah yang ke 4, dan masuk ke rumah sakit dari rujukan Bidan Praktek Swasta (BPS). Hasnidar hamil kembar, bayi pertama sudah lahir di BPS, namun yang kedua belum berhasil keluar. Persalinan di RS dilakukan operasi karena posisi bayi yang kedua tersebut melintang, namun karena Hasnidar memiliki riwayat kejang-kejang sehingga mengganggu proses operasi dimana terjadi kejang-kejang yang berulang dan menyebabkan kurangnya oksigen di otak dan syok jantung.</p> <p style="text-align: justify;">2. Kasus Salmah (30 tahun) asal Tamaona Kecamatan Kindang Kehamilan Salmah adalah yang ke-2 dan kembar, masuk ke rumah sakit dari rujukan dokter yang menanganinya di luar RS. Juga memiliki riwayat kejang, ditangani karena kehamilan prematur dan terjadi keracunan kehamilan</p> <p style="text-align: justify;">3. Kasus Jusmah (27 tahun) asal Desa Anrang Kecamatan Rilau Ale Jusmah adalah Tenaga Kerja Wanita (TKW) dari Malaysia, pulang ke Bulukumba untuk melahirkan. Sebelum dirujuk ke RSUD ditangani di Puskesmas Bontobangun. Perjalanan dari rumah ke Puskesmas kepala bayi sudah keluar, karena pihak puskesmas tidak mampu tangani dirujuk ke RSUD. Saat sampai di rumah sakit, pasien sudah tidak sadarkan diri, sehingga dokter tidak bisa berbuat banyak untuk menyelamatkan ibu dan bayinya.</p> <p style="text-align: justify;">4. Kasus Rosdianah (36 tahun) asal Kelurahan Tanete Kecamatan Bulukumpa Kehamilan Salmah adalah yang pertama, dirujuk dari dokter praktek di Tanete. Sudah tiba bulannya untuk melahirkan, namun Rosdianah menunggu rasa sakit sebagai tanda mau melahirkan. Saat di RS dilakukan induksi untuk perangsangan namun tidak berhasil. Saat dilakukan tindakan operasi untuk penyelamatan, terjadi pendarahan berat, bayi juga terlilit tali pusar. Karena kekurangan darah sehingga terjadi kehabisan oksigen. Saat itu stok darah di RSUD juga habis. Pihak keluarga pasien tidak menyiapkan calon pendonor darah saat persalinan sebagai antisipasi apabila stok darah di RSUD habis.</p> <p style="text-align: justify;">5. Kasus Indah (32 tahun) asal Kelurahan Loka Kecamatan Ujungbulu Kehamilan Indah adalah yang kedua, mencoba melahirkan di rumah. Sebelum dirujuk ke RSUD sudah ditangani oleh bidan dari Bantaeng selama 2 hari, bidan tersebut melakukan induksi yang menyalahi prosedur karena tanpa pengawalan dari dokter spesialis, posisi bayi juga melintang. Ketika melintang seharusnya dioperasi, namun masih mencoba melahirkan normal di rumah. Pasien saat ditangani di RSUD sudah dalam keadaan syok, dan transfusi dariah tidak berhasil karena adanya kekurangan stok darah di RSUD .</p> <p style="text-align: justify;">Turut hadir dalam jumpa pers ini adalah dokter kandungan dr. Asniar Siri, dokter anestesi dr. Rukman dan anggota Dewan Pengawas RSUD Makmur Masda.(A3)</p>
Postingan Lainnya