Beranda
Mengenal
Profil
Visi dan Misi
Sejarah Bulukumba
Arti Lambang
Pemimpin Daerah
Peta Bulukumba
Daftar Pejabat
Struktur Organisasi
Potensi Daerah
Potensi Alam
Pertanian
Perkebunan
Perikanan
Kehutanan
Pertambangan
Kependudukan
Seni dan Budaya
Warisan Budaya Benda
Kompleks Makam Petta Matinroe Ri Tasi’na
Leang Passea
Kompleks Makam Datuk Tiro
Makam Parakkasi Dg. Maloga
Kompleks Makam Dea Dg. Lita
Warisan Budaya Takbenda
Balla To Kajang (Rumah Kajang)
Kapal Pinishi
Anynyorong Lopi
Bahasa Daerah di Kab. Bulukumba
Wisata
Wisata Kuliner
Coto Kuda
Kue Uhu-Uhu
Barobo
Bolu Peca
Wisata Religi
Wisata Makam Dato Tiro
Masjid Islamic Centre "Dato Tiro"
Wisata Budaya dan Sejarah
Kawasan Adat Ammatoa
Wisata Alam
Pantai Bira
Bakung-bakung View Sunrise
Pantai Bara
Bukit Donggia
Tebing Apparalang
Selengkapnya...
Informasi
INFO PUBLIK
Pengumuman
Info CPNS
Berita
Video Kegiatan
Infografis
Event Kota
PUBLIKASI
Dokumen Perencanaan Daerah
Dokumen Perencanaan SKPD
Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah
Dokumen SAKIP Kab.Bulukumba
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
Database Kawasan Kumuh
Ringkasan Laporan Penyelenggaraan Pemda
PRODUK HUKUM
JDIH
PERDA
PPID
PPID BULUKUMBA
JURNAL PINISI RESEARCH
JURNAL PINISI RESEARCH
SATU DATA
SATU DATA
IPKD
2022
2023
2024
2025
Hubungi Kami
HALAMAN BERITA
BERANDA
BERITA
Biografi singkat Andi Sultan Daeng Radja, Pahlawan Nasional dari Bulukumba
Nov 8, 2017
admin
<p style="text-align: justify;">Sultan Daeng Radja lahir pada tanggal 20 Mei 1894, di Saoraja di Matekko Gantarang, wilayah Kabupaten Bulukumba.</p> <p style="text-align: justify;">Putra pertama pasangan Passari Petta Tanra Karaeng Gantarang dan Andi Ninong ini lebih banyak menghabiskan masa mudanya di kampung halaman. Ia orang yang taat beribadah dan aktif dalam kegiatan Muhamamadiyah. Ia juga disebut-sebut sebagai pendiri masjid di Ponre yang pada jamannya konon terbesar di Sulawesi Selatan.</p> <p style="text-align: justify;">Memasuki sekolah rakyat di Bulukumba, Volksschool selama tiga tahun. Lalu melanjutkan ke Europeesche Lagere School (ELS) di Bantaeng. Selepas dari ELS, Sultan Daeng Radja melanjut ke OSVIA (Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren) di Makassar.</p> <p style="text-align: justify;">Setelah lulus dari OSVIA, Sultan Daeng Radja bekerja sebagai juru tulis kantor pemerintahan Onder Afdeeling Makassar. Karir Sultan Daeng Radja cukup cemerlang. Tidak beberapa lama ia diangkat menjadi calon jaksa dan diperbantukan di Inl of Justitie Makassar.</p> <p style="text-align: justify;">Beberapa posisi penting lain yang dijabatnya adalah menjadi Eurp Klerk pada Kantor Asisten Residen Bone di Pompanua, Klerk di Kantor Controleur Sinjai, wakil kepala pajak di Takalar, kepala pajak di Enrekang. Jabatan terakhir yang diembannya semasa pendudukan Belanda adalah Jaksa pada Landraad Bulukumba.</p> <p style="text-align: justify;">Perjuangan Sultan Daeng Radja sendiri sudah mulai terlihat saat ia bersekolah di OSVIA. Ia sangat membenci Belanda, akibat kesewenang-wenangan dan penindasan terhadap rakyat Bulukumba.</p> <p style="text-align: justify;">Semangat perjuangannya makin bertumbuh tatkala ia mulai aktif mengikuti perkembangan dan pertumbuhan organisasi Budi Utomo (Boedi Oetomo) dan Serikat Dagang Islam.</p> <p style="text-align: justify;">Akhirnya, Sultan Daeng Radja mengikuti kongres pemuda Indonesia 28 Oktober 1928. Kongres ini menghasilkan rumusan yang kemudian disebut Sumpah Pemuda.</p> <p style="text-align: justify;">Pada bulan Agustus 1945, Sultan Daeng Raja beserta Andi Pangerang Daeng Rani dan Dr.Ratulangi menjadi utusan Sulawesi Selatan untuk mengikuti rapat PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) di Jakarta.</p> <p style="text-align: justify;">Seusai rapat PPKI, Sultan Daeng Raja langsung pulang ke Bulukumba. Beliau mengabarkan hasil rapat PPKI dan menyusun rencana untuk persiapan kemerdekaan Indonesia. Kabar kemerdekaan RI yang disampaikan Sultan Daeng Radja, disambut rasa haru dan gembira oleh seluruh rakyat Bulukumba.</p> <p style="text-align: justify;">Setelah proklamasi Kemerdekaan, Sultan Daeng Radja dituduh terlibat dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI. Sehingga pemerintah NICA memecatnya dan diasingkan ke Menado, Sulawesi Utara.</p> <p style="text-align: justify;">Tanggal 8 Januari 1950, setelah pengakuan kedaulatan RI oleh Pemeritah Belanda, Sultan Daeng Radja pun dibebaskan.</p> <p style="text-align: justify;">Sultan Daeng Radja wafat pada 17 Mei 1963 di Rumah Sakit Pelamonia Makassar dalam usia 70 tahun. Semasa hidupnya, Sultan Daeng Radja memiliki empat istri dan 13 anak.</p> <p style="text-align: justify;">Berkat jasa-jasanya dalam melawan penjajahan di Indonesia, Sultan Daeng Radja dianugerahi gelar Pahlawan Nasional dan Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera Adipradana berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 085/TK/Tahun 2006 tertanggal 3 November 2006.(sumber : sosok-tokoh.blogspot.co.id/ Dan berberbagai sumber)</p>
PENGUMUMAN SELEKSI CPNS PEMKAB...
Ketika Sang Cucu Ziarahi Makam...
Postingan Lainnya
Ribuan orang di Seremoni Pembukaan Festival Pinisi ke 10...
Read More
Bupati Andi Utta Minta Penjabat Kades Netral di Pilkades
Read More
Website Phinisi Center Hadir untuk Dukung Pelaku Usaha...
Read More
Slide 5
Read More