Bulukumba,- Bupati Bulukumba Andi Muctar Ali Yusuf tak main-main untuk menekan angka kasus stunting. Hanya saja, Pemda akan kesulitan jika bekerja sendiri, tanpa keterlibatan semua pihak.
Sehinga, Bupati yang akrab disapa Andi Utta mengajak warga Bulukumba untuk sama-sama ambil peran. Ia memimpin Deklarasi Bulukumba Zero Stunting, yang diikuti ratusan warga di sela kegiatan Diseminasi Audit Stunting di Ruang Pola Kantor Bupati, Selasa, 4 Oktober 2022.
"Kolaborasi dan partisipasi berbagai pihak dalam penanganan stunting ini menjadi penting, sebagai tanggung jawab kita semua untuk masa depan generasi muda Bulukumba," katanya.
Sebab jika tidak ditangani dengan baik, katanya, persoalan stunting yang masif dapat menganggu produktivitas nasional dan mengancam masa depan generasi muda dan bangsa.
"Olehnya, melalui audit kasus stunting ini, kita dapat menemukan data kasus stunting secara akurat, by Name By Adress, sehingga kita bisa mengambil langkah penanganan stunting yang lebih tepat," jelas Andi Utta.
Sekretaris Perwakilan BKKBN Sulsel, Dr Faizal Fahmi mengapresiasi langkah Pemkab Bulukumba untuk percepatan penurunan stunting. Ia menyebut, tanpa ada dukungan dan komitmen kuat dari Pemkab, maka upaya penurunan stunting akan sulit tercapai.
"Kita semua komitmen untuk mencegah stunting baru. Bagaimana caranya?. Jangan ada anak yang lahir stunting," ujarnya.
Ia menerangkan perlunya ada strategi, sebagai upaya-upaya untuk mengatasi permasalahan stunting. Apa yang dilakukan hari ini, merupakan proses panjang dengan melakukan audit kasus stunting demi percepatan penurunan kasus stunting.
"Audit kasus stunting bertujuan untuk mengidentifikasi resiko terjadinya stunting pada kelompok sasaran," tukasnya.
Sementara, Kadis P2KBP3A dr Wahyuni manjelaskan bahwa kegiatan ini, sudah masuk tahap 3. Sebelumnya, tahap pertama ada SK, tahap dua turun langsung melihat kondisi yang ada di lapangan.
"Jadi ada beberapa kasus yang diangkat sebagai audit, yaitu calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui dan bayi bawa dua tahun (baduta)," terangnya.
Ia menuturkan dari kasus yang ada seperti ibu hamil, ternyata memang kekurangan energi protein. Itu bisa dilihat dari lingkaran lengan atasnya, tidak sesuai dengan perkembangan yang seharusnya.
"Ini semua masih bisa dicegah. Jangan sampai lahir anak-anak stunting, sehingga harus dicegah dengan asupan gizi yang baik. Harus diintervensi segera," kata Wahyuni.
Mantan Kadis Kesehatan ini, mengemukakan peran bapak asuh peduli stunting. Ia berharap bapak asuh melalui dana-dana CSR-nya, bisa mengasuh minimal satu atau dua stunting. Bukan lagi menyumbang, tapi betul-betul by name by adress.
"Kalau melalui dana pemerintah atau APBD, itu melalui pembahasan pengadaan, proses birokrasi yang panjang. Sementara, penanganan stunting harus segera dilakukan," jelasnya.
Wahyuni menyampaikan bahwa berdasarkan hasil survei gizi Indonesia 2021, angka stunting di Bulukumba menyentuh 30,8 persen. Ia optimistis adanya bapak asuh dapat menurunkan angka tersebut.
"Satu kasus stunting, cost efektifnya untuk pencegahan sampai penanganannya Rp3 juta," ujarnya.
Diseminasi audit kasus stunting di Bulukumba, juga dihadiri oleh Wabup Andi Edy Manaf sekaligus sebagai Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting, unsur Forkopimda ada Dandim dan Kapolres, Sekda, beberapa Kepala OPD, Camat dan Kepala Desa.
Berikut isi lengkap Deklarasi Zero Stunting Bulukumba yang dibacakan oleh Bupati Bulukumba dan ikuti seluruh undangan.
Kami para pemangku kepentingan Bulukumba bersungguh-sungguh menyatakan komitmen dan bersiap: 1. Membantu setiap warga dan keluarga Bulukumba yang mengalami kasus stunting 2. Melakukan upaya pencegahan stunting sesuai peran dan potensi masing-masing 3. Menggalakkan seluruh masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat 4. Memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil dan balita 5. Memastikan setiap bayi mendapatkan ASI eksklusif dan asli lanjutan hingga berusia dua tahun 6. Memantau tumbuh kembang anak dan pemberian imunisasi dasar lengkap.