Bupati Inspektur Upacara di HUT TNI ke 72 Kodim 1411 Persembahkan Drama Kolosal RWM

Bupati Inspektur Upacara di HUT TNI ke 72 Kodim 1411 Persembahkan Drama Kolosal RWM

<p style="text-align: justify;">&nbsp;</p> <p style="text-align: justify;">Bupati Bulukumba AM Sukri Sappewali didaulat menjadi inspektur upacara dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Tentara Nasional Indonesia (TNI) ke 72, Kamis 5 Oktober 2017 di halaman Kodim 1411 Bulukumba. Purnawirawan TNI pangkat&nbsp;Kolonel ini memimpin upacara dengan menggunakan setelan Pakaian Sipil Lengkap (PSL) atau jas berdasi. Peserta upacara terdiri dari unsur TNI, Polres Bulukumba, Satpol PP dan Damkar, serta Taruna Tanggap Bencana (Tagana) Dinas Sosial. Begitu pula tamu undangan yang hadir berasal dari berbagai kalangan, yaitu FKPPI, LSM Laskar Merah Putih, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan pihak perbankan/BUMD.</p> <p style="text-align: justify;">Bupati AM Sukri Sappewali membacakan amanat Panglima TNI. Kekuatan TNI yang bersandar pada rakyat, kata AM Sukri Sappewali merupakan bentuk aplikasi pertahanan semesta yang melibatkan seluruh potensi bangsa untuk turut serta bela negara. Kedekatan TNI-Rakyat adalah inti dan pusat kekuatan dari sistem pertahanan semesta yang kita anut.</p> <p style="text-align: justify;">&ldquo;Selama ini TNI telah dan akan terus memberikan sumbangsinya kepada bangsa dan negara, baik melalui operasi militer untuk perang, ataupun operasi militer selain perang,&rdquo; kata AM Sukri Sappewali membacakan amanat Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo. &nbsp;&nbsp;</p> <p style="text-align: justify;">Usai upacara, seluruh hadirin disuguhkan persembahan dari aparat jajaran Kodim 1411 Bulukumba yakni pementasan drama kolosal, dengan judul &ldquo;Setia Hingga Akhir&rdquo;, yang disutradarai oleh Budayawan Bulukumba AM Darsyaf Pabotinggi.</p> <p style="text-align: justify;">Alur cerita drama kolosal tersebut berkisah perjuangan heroik Pahlawan Nasional Robert Wolter Mongisi (RWM) yang dieksekusi mati oleh tentara Belanda. Saat Kemerdekaan Indonesia&nbsp;diproklamasikan, Mongisidi berada di Makassar. Namun, Belanda berusaha untuk mendapatkan kembali kendali atas Indonesia setelah berakhirnya&nbsp;Perang Dunia II. Mereka kembali melalui NICA (Netherlands Indies Civil Administration/Administrasi Sipil Hindia Belanda).</p> <p style="text-align: justify;">Mongisidi menjadi terlibat dalam perjuangan melawan NICA di Makassar.&nbsp; Pada tanggal&nbsp;17 Juli&nbsp;1946, Mongisidi dengan Ranggong Daeng Romo dan lainnya membentuk Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (LAPRIS), yang selanjutnya melecehkan dan menyerang posisi Belanda.</p> <p style="text-align: justify;">Dia ditangkap oleh Belanda pada&nbsp;28 Februari&nbsp;1947, tetapi berhasil kabur pada&nbsp;27 Oktober&nbsp;1947. Belanda menangkapnya kembali dan kali ini Belanda menjatuhkan hukuman mati kepadanya. Mongisidi dieksekusi oleh tim penembak pada 5 September 1949. Jasadnya dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Makassar pada&nbsp;10 November&nbsp;1950. (A3)</p>
Postingan Lainnya