Beranda
Mengenal
Profil
Visi dan Misi
Sejarah Bulukumba
Arti Lambang
Pemimpin Daerah
Peta Bulukumba
Daftar Pejabat
Struktur Organisasi
Potensi Daerah
Potensi Alam
Pertanian
Perkebunan
Perikanan
Kehutanan
Pertambangan
Kependudukan
Seni dan Budaya
Warisan Budaya Benda
Kompleks Makam Petta Matinroe Ri Tasi’na
Leang Passea
Kompleks Makam Datuk Tiro
Makam Parakkasi Dg. Maloga
Kompleks Makam Dea Dg. Lita
Warisan Budaya Takbenda
Balla To Kajang (Rumah Kajang)
Kapal Pinishi
Anynyorong Lopi
Bahasa Daerah di Kab. Bulukumba
Wisata
Wisata Kuliner
Coto Kuda
Kue Uhu-Uhu
Barobo
Bolu Peca
Wisata Religi
Wisata Makam Dato Tiro
Masjid Islamic Centre "Dato Tiro"
Wisata Budaya dan Sejarah
Kawasan Adat Ammatoa
Wisata Alam
Pantai Bira
Bakung-bakung View Sunrise
Pantai Bara
Bukit Donggia
Tebing Apparalang
Selengkapnya...
Informasi
INFO PUBLIK
Pengumuman
Info CPNS
Berita
Video Kegiatan
Infografis
Event Kota
PUBLIKASI
Dokumen Perencanaan Daerah
Dokumen Perencanaan SKPD
Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah
Dokumen SAKIP Kab.Bulukumba
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
Database Kawasan Kumuh
Ringkasan Laporan Penyelenggaraan Pemda
PRODUK HUKUM
JDIH
PERDA
PPID
PPID BULUKUMBA
JURNAL PINISI RESEARCH
JURNAL PINISI RESEARCH
SATU DATA
SATU DATA
IPKD
2022
2023
2024
2025
Hubungi Kami
HALAMAN BERITA
BERANDA
BERITA
Tomy Bicara Maritim di Seminar Makassar Biennale 2017
Nov 8, 2017
admin
<p style="text-align: justify;">Wakil Bupati Bulukumba Tomy Satria Yulianto menjadi salah satu pembicara pada Seminar Maritim yang menjadi rangkaian dari kegiatan Makassar Biennale Tahun 2017, di Ballroom Menara Pinisi Universitas Negeri Makassar (UNM), Rabu (8/11) .</p> <p style="text-align: justify;">Biennale adalah event yang digelar setiap dua tahun sekali. Tahun 2017 ini adalah pelaksanaan yang kedua kalinya yang mengambil tema “Maritim”.</p> <p style="text-align: justify;">Selain seminar, rangkaian kegiatan Makassar Biennale 2017, diantaranya pameran artistik, pementasan teater, dan workshop yang berlangsung dari tanggal 8 sampai 28 November 2017.</p> <p style="text-align: justify;">Menurut Direktur Yayasan Makassar Biennale, Anwar Rachman, tujuan dari event Makassar Biennale adalah menjadi ruang dan kesempatan pengembangan wacana dan praktik seni kebudayaan Indonesia Timur.</p> <p style="text-align: justify;">Wakil Bupati didaulat sebagai narasumber bersama dengan dosen Fisip Unhas Agussalim Burhanuddin mengulas tentang kebijakan maritim pemerintah.</p> <p style="text-align: justify;">Menurutnya penetapan Undang-Undang 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah tidak berpihak pada pengembangan maritim sebagai potensi yang besar dimiliki daerah, karena kewenangan sektor kelautan tersebut kini diambil alih oleh pemerintah provinsi dan pemerintah pusat.</p> <p style="text-align: justify;">Padahal dari letak geografisnya, kata Tomy, posisi Bulukumba diuntungkan dengan sumber daya laut yang garis pantainya sepanjang 128 kilometer. Dari 10 kecamatan, 7 kecamatan yang memiliki laut dan pantai.</p> <p style="text-align: justify;">Namun hal tersebut terlihat paradoks karena warga-warga marginal banyak bermukim di pesisir-pesisir pantai.</p> <p style="text-align: justify;">“Potensi maritim itu seharusnya menjadi modal besar dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun saya melihat kebijakan itu tidak berpihak. Kami di Pemkab sudah tidak fokus mengurus kelautan karena adanya kewenangan yang terbatas,” terang Tomy.</p> <p style="text-align: justify;">Tomy memberi contoh hambatan-hambatan yang dirasakan yang tidak berpihak pada pengembangan maritim, seperti pengurusan izin olah gerak kapal yang masih berbelit-belit, sehingga banyak kapal-kapal di Bulukumba yang tidak berlayar mencari ikan karena izinnya tidak keluar dari instansi terkait, dalam hal ini Syahbandar setempat.</p> <p style="text-align: justify;">Selain itu, lanjut Tomy, Bulukumba juga dikenal dengan pembuatan perahu Pinisinya dan perahu lainnya. Di dalam proses pembuatan kapal tersebut ada kearifan lokal berupa ritual-ritual yang secara turun temurun diwariskan dari nenek moyang.</p> <p style="text-align: justify;">“Jadi jangan melihat kapalnya toh saja, karena dalam prosesnya itu ada budaya lokal yang membangunnya. Makanya ketika Unesco akan menetapkan Pinisi sebagai Warisan Budaya Dunia Tak Benda, bukan dilihat Pinisi dari benda kapalnya, tapi adanya budaya yang terbangun dan terpelihara sampai sekarang ini, “ ungkap Tomy.</p> <p style="text-align: justify;">Sementara itu dosen Unhas Agussalim mengulas Indonesia sebagai negara maritim dalam perspektif keamanan dan pertahanan.</p> <p style="text-align: justify;">Agussalim mengatakan Indonesia dikenal sebagai negara maritim dengan jumlah pulau sekitar 17 ribu, sehingga perspektif kita, kata Agussalim tidak boleh melihat laut sebagai hambatan, tapi lebih kepada potensi dan sarana penghubung.</p> <p style="text-align: justify;">Menurutnya laut adalah jembatan sekaligus pemersatu wilayah, dimana pada zaman dulu orang memanfaatkan laut sebagai penghubung yang efektif. Agussalim mencontohkan, dulu untuk membawa hasil bumi dari Luwu ke Makassar, orang lebih memilih menggunakan kapal dibanding lewat darat karena lebih cepat dan lebih banyak dimuat.</p> <p style="text-align: justify;">“Dulu di Eropa ada pandangan, siapa yang menguasai laut, maka ia akan menguasai dunia, terbukti saat itu Inggris menjadi imperium dunia karena kekuatan armada lautnya,” ungkap Agussalim.(A3)</p>
PENGUMUMAN SELEKSI CPNS PEMKAB...
Bupati Jamu Mahasiswa Asal Bulukumba...
Postingan Lainnya
Akhir Pekan, BPBD Gelar Aksi Bersih di Pantai Tanjung Bira
Read More
256 Narapidana Dapat Remisi di HUT RI ke 74
Read More
Mau Tau Rahasia Kehebatan Kapal Phinisi Yuk Datang ke Bulukumba...
Read More
Assapeda Wisata Promosikan Obyek Wisata Bulukumba
Read More