La Hila Diluncurkan di Tanah Beru

La Hila Diluncurkan di Tanah Beru

<p style="text-align: justify;">Di zaman dahulu, seorang putri Kesultanan Bima bernama La Hila pergi dan menghilang dari kampungnya. La Hila yang berparas cantik dan berambut panjang meninggalkan kampungnya karena menghindari para pria yang ingin meminangnya.</p> <p style="text-align: justify;">Kini La Hila muncul dan dilahirkan kembali di tanah Bulukumba, tepatnya di Tanah Beru. La Hila bukan lagi menjadi sosok perempuan cantik, namun ia kini berubah menjadi kapal perahu cantik yang segera mengarungi lautan dan samudera.</p> <p style="text-align: justify;">Sebagai sosok yang baru lahir, ia pun diperlakukan seperti bayi yang baru lahir, lantunan doa dan ritual menolak bala (Appasili) dilakukan demi keselamatan dirinya di masa mendatang. Bertempat di kawasan pembuatan perahu Tanah Beru Kecamatan Bontobahari, Jumat (3/10).</p> <p style="text-align: justify;">La Hila yang cantik itu dikerumuni ratusan orang yang ingin menyaksikan dirinya diinisiasi sebagai sebuah kapal yang sebentar lagi menyentuh air laut. Peluncuran Kapal La Hila adalah bagian dari rangkaian pelaksanaan Festival Pinisi ke 8 Tahun 2017.</p> <p style="text-align: justify;">Pada momentum itu beberapa ritual dilaksanakan sebelum peluncuran, seperti Appasili atau doa menolak bala, serta Ammosi, atau ritual yang merupakan simbolisasi pemotongan tali pusar bayi yang baru lahir simbol lubang di tengah kalabiseang yang dibor sampai tembus ke sebelah kanan lunas perahu.</p> <p style="text-align: justify;">Setelah prosesi Ammossi selesai, dimulailah ritual penarikan perahu ke tengah laut. Prosesi peluncuran atau Annyorong Lopi dahulunya memanfaatkan puluhan bahkan ratusan tenaga manusia untuk menarik perahu ke laut, namun saat ini prosesi tersebut sudah menggunakan peralatan yang lebih moderen yaitu katrol.</p> <p style="text-align: justify;">La Hila adalah Kapal Pesiar yang dipesan oleh pengusaha asal Bima Nusa Tenggara Barat (NTB) yang akan beroperasi di Labuang Bajo NTT. La Hila dibuat oleh pengusaha H. Rusdi Mulyadi yang akrab disapa Haji Ulli asal Tanah Beru.</p> <p style="text-align: justify;">Menurut Haji Ulli, kapal yang dibuatnya itu dikerjakan selama 4 bulan lebih, memiliki panjang 12 meter dengan lebar 4,75 meter dengan kekuatan 30 Gross Tonnage (GT).</p> <p style="text-align: justify;">Mengenai biaya pembuatannya, Haji Ulli mengaku secara keseluruhan menelan anggaran sekitar 1,5 milyar rupiah.</p> <p style="text-align: justify;">Sementara itu, Wakil Bupati Tomy Satria Yulianto hadir menyaksikan peluncuran perahu tersebut mengatakan, jika acara peluncuran perahu menjadi rangkaian dari kegiatan Festival Pinisi sebagai upaya memperlihatkan kepada publik bagaimana konstruksi pembangunan kapal Pinisi itu sendiri.</p> <p style="text-align: justify;">&ldquo;Kapal Pinisi atau kapal jenis lainnya bukan hanya semata dalam bentuk perahunya, tapi ia dikemas dalam kearifan-kearifan lokal, ritual-ritual yang mungkin selama ini belum pernah dilihat, mulai dari pembuatannya sampai pada prosesi peluncurannya,&rdquo; ungkap Tomy Satria Yulianto.</p> <p style="text-align: justify;">Turut hadir menyaksikan peluncuran Kapal La Hila, Ketua DPRD Andi Hamzah Pangki, anggota DPRD H Safiuddin dan Hj Hilmiaty Asip, Dandim 1411 Letkol ARM Sutikno, Kapolres M Anggi Naulifar, beberapa pejabat Pemda serta warga masyarakat. Tak ketinggalan dari para awak media dan puluhan fotografer ikut mengabadikan prosesi peluncuran kapal La Hila.(A3)</p>
Postingan Lainnya