Beranda
Mengenal
Profil
Visi dan Misi
Sejarah Bulukumba
Arti Lambang
Pemimpin Daerah
Peta Bulukumba
Daftar Pejabat
Struktur Organisasi
Potensi Daerah
Potensi Alam
Pertanian
Perkebunan
Perikanan
Kehutanan
Pertambangan
Kependudukan
Seni dan Budaya
Warisan Budaya Benda
Kompleks Makam Petta Matinroe Ri Tasi’na
Leang Passea
Kompleks Makam Datuk Tiro
Makam Parakkasi Dg. Maloga
Kompleks Makam Dea Dg. Lita
Warisan Budaya Takbenda
Balla To Kajang (Rumah Kajang)
Kapal Pinishi
Anynyorong Lopi
Bahasa Daerah di Kab. Bulukumba
Wisata
Wisata Kuliner
Coto Kuda
Kue Uhu-Uhu
Barobo
Bolu Peca
Wisata Religi
Wisata Makam Dato Tiro
Masjid Islamic Centre "Dato Tiro"
Wisata Budaya dan Sejarah
Kawasan Adat Ammatoa
Wisata Alam
Pantai Bira
Bakung-bakung View Sunrise
Pantai Bara
Bukit Donggia
Tebing Apparalang
Selengkapnya...
Informasi
INFO PUBLIK
Pengumuman
Info CPNS
Berita
Video Kegiatan
Infografis
Event Kota
PUBLIKASI
Dokumen Perencanaan Daerah
Dokumen Perencanaan SKPD
Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah
Dokumen SAKIP Kab.Bulukumba
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
Database Kawasan Kumuh
Ringkasan Laporan Penyelenggaraan Pemda
PRODUK HUKUM
JDIH
PERDA
PPID
PPID BULUKUMBA
JURNAL PINISI RESEARCH
JURNAL PINISI RESEARCH
SATU DATA
SATU DATA
IPKD
2022
2023
2024
2025
Hubungi Kami
HALAMAN BERITA
BERANDA
BERITA
Alfian, Sang Inspirator Muda Pelestari Pinisi
Aug 4, 2019
admin
<p> </p> <p style="text-align: justify;">Jelajah ke Bulukumba, Sulawesi Selatan, begitu mempesona. Berbagai hal menarik ditemui. Salah satunya adalah kewirausahaan yang dilakukan oleh mereka yang masih berusia muda. Dan ini kerap dikaitkan dengan budaya lokal, termasuk dengan kejayaan Pinisi. Inilah yang juga dilakukan oleh seorang anak muda luar biasa berusia 24 tahun, Alfian Alnies.</p> <p style="text-align: justify;">Asli Bulukumba, tepatnya di Kelurahan Tanahberu, Kecamatan Bonto Bahari, Alfian kecil sudah terbiasa melihat keluarganya, ternasuk sang ayah, membuat Pinisi dan kemudian mengemudikan kapal itu sendiri untuk diantarkan ke pemesan. Pemesannya tidak hanya lingkup Indonesia, tapi sudah merambah mancanegara. Alfian kecil sehari-hari saat pulang sekolah kerap menyaksikan cara pembuatan kapal Pinisi. Maka, terekamlah dengan baik segala ketrampilan khas tersebut di benaknya.</p> <p style="text-align: center;"><img src="https://bulukumbakab.go.id/online-content/uploads/WhatsApp_Image_2019-08-04_at_19.25.15.jpeg" alt="" width="600" height="450" /></p> <p style="text-align: justify;"> </p> <p style="text-align: justify;">Saat duduk di kelas 1 SMA, Alfian mengumpulkan kayu sisa-sisa pembuatan Pinisi yang dibuat ayahnya. Lalu dia nekad membuat kapal pertamanya sendiri. Ukuran panjangnya 20 meter dan lebar 4 meter. Sang ayah mendukung dengan memberikan modal tambahan untuk membuat kapal perdana tersebut.</p> <p style="text-align: justify;">Saat jadi, Alfian yakin kapal itu bisa mengapung dan berlayar, sementara sang ayah berharap cemas-cemas. Keyakinan Alfian ternyata benar. Pinisi pertamanya berhasil berlayar dengan baik. Maka sejak saat itu, membuat Pinisi sudah menjadi pilihan hidup Alfian. Hingga kini, sudah ratusan Pinisi dihasilkan Alfian. Pemesannya dari berbagai tempat di mancanegara, terbentang dari Australia, Asia dan Eropa. Ia sendiri yang selalu melayarkan kapal tersebut sampai ke pelabuhan negara pemesan.</p> <p style="text-align: center;"><img src="https://bulukumbakab.go.id/online-content/uploads/WhatsApp_Image_2019-08-04_at_19.25.17.jpeg" alt="" width="600" height="448" /></p> <p style="text-align: justify;"> </p> <p style="text-align: justify;">Tidak hanya berhenti sampai membuat Pinisi. Alfian menyadari bahwa keberadaan Pinisi tidak bisa dilepaskan dari kayu lokal biti yang menjadi bahan dasar bagi lunas dan lambung kapal. Biti bisa diganti dengan kayu besi ataupun ulin. Namun dua jenis kayu terakhir ini sudah sangat langka.</p> <p style="text-align: justify;">Karenanya Alfian beserta teman-teman pembuat pinisi berinisiatif menanam pohon biti di tanah milik mereka di hutan rakyat. Mereka sudah menanam 1000 pohon di tanah seluas kurang lebih empat hektar.</p> <p style="text-align: justify;">Alfian juga memiliki semangat untuk merangkul masyarakat yang sudah turun temurun tinggal di Taman Hutan Raya (Tahura) untuk menanam biti. Nantinya biti yang ditanam di kawasan hutan bisa menjadi tempat belajar dan koleksi biti, serta bisa mengambil bibit biti untuk dikembangkan di hutan rakyat. Alfian juga berencana menanam pohon buah seperti mangga dan mente di Tahura.</p> <p style="text-align: justify;">Apa yang telah dilakukan dan direncanakan Alfian mampu menjadi inspirasi bahwa kewirausahaan bisa selalu dikaitkan dengan tradisi lokal. Dan sukses menjadi pebisnis dalam usia muda bukan berarti tidak punya kepedulian untuk memajukan masyarakat sendiri.</p> <p style="text-align: justify;">Alfian memang keren, ia merupakan salah satu keturunan ke-11 pembuat Pinisi. Dan untuk upayanya membuat dan melestarikan Pinisi, ia menjadi panitia lokal saat acara Penerimaan Sertifikat Pinisi sebagai Warisan Budaya Dunia Takbenda yang dilaksanakan oleh Dirjen Kebudayaan Kemendikbud pada awal tahun 2018 yang lalu.<em><strong>(Penulis : Tami)</strong></em></p>
PENGUMUMAN SELEKSI CPNS PEMKAB...
Hari Kedua, Festival Pemuda Gelar...
Postingan Lainnya
Musim Kemarau, BPBD Bulukumba Suplai Air Bersih Warga
Read More
Wabup Tomy Satria Yulianto Hadiri Pembukaan Musda Golkar...
Read More
Desa Bialo Ikut Gagas Penggunaan Tumblr
Read More
Bupati Letakkan Batu Pertama Program Kotaku Bentenge
Read More